19.5.13


Saigo Takamori dilahirkan di Satsuma pada tahun 1828 dalam keluarga samurai tingkat rendah. Karena dididik sebagai seorang samurai, maka Takamori harus menapaki jalan hidupnya sebagai seorang samurai mulai dari titik awal.

Pada tahun 1854, dimana Keshogunan Tokugawa masih berlangsung dan memegang pemerintahan, banyak para Daimyo (tuan tanah) yang menginginkan penjagaan dan pengawalan ketat oleh para samurai.
Seorang daimyo dari klan Satsuma yang bernama Shimazu Nariakira menginginkan Takamori yang pada saat itu masih berusia 26 tahun untuk mengabdi kepadanya. Dari Nariakira inilah, Takamori mendapatkan banyak hal. Dia belajar tentang politik dan pemerintahan dari Nariakira. 
Dalam menjalankan tugasnya menjadi pengawal Nariakira, Takamori gagal. Nariakira terbunuh dalam misinya membantu proses perdamaian antara Kaisar dan Shogun. Karena merasa gagal dalam melindungi daimyo-nya, Takamori bermaksud untuk melakukan harakiri, namun, hal itu tidak jadi dilakukannya.

Pada tahun 1861, seorang daimyo dari klan yang sama dengan Nariakira, yaitu Shimazu Hisamitsu, mengasingkan Takamori ke pulau Oshima. Setelah masa pengasingannya selesai, pada tahun 1864, Takamori diminta oleh Tuan Hisamitsu untu melatih pasukan militer Satsuma dalam menggulingkan rezim keshogunan Tokugawa. Setelah 4 tahun lamanya melatih pasukan militer Satsuma, ia beserta segenap pasukan pasukan Satsuma dan pasukan dari klan Chosu, melakukan pemberontakan terhadapa Shogun Tokugawa. Setelah berhasil menjatuh rezim Tokugawa, dia dianugerahi jabatan penasehat Kaisar dalam pemerintahan baru.

Pada tahun 1973, Takamori mengusulkan untuk menginvasi Korea untuk memperluas kekuasaan Kaisar Jepang dan juga untuk membangkitkan kembali peranan kaum Samurai dalam kemiliteran. Akan tetapi, usulnya ditolak oleh pemerintah. Alasannya adalah, jika Jepang melakukan invasi, pihak barat akan ikut campur. Selain itu invasi ini akan memberatkan posisi Jepang di mata duni yang saat itu Jepang baru saja membuka diri dan masih dalam proses awal pemodernisasian, sehingga pemerintah lebih menitikberatkan pada percepatan modernisasi. 
Pemerintah lalu memutuskan untuk menghapus status sosial kaum Samurai dan menjadikan mereka sebagai masyarakat sipil. Semua kegiatan yang berhubungan dengan Samurai juga ditiadakan. Keputusan ini membuat Takamori mengundurkan diri dari jabatannya di pemerintahan dan kembali ke Kagoshima. Di Kagoshima, dia membangun sebuah sekolah dan mengajari para Samurai di sana untuk membaca, menulis, pengetahuan tentang ilmu politik, pemerintahan, dan kemiliteran.

Takamori yang melatih kaum Samurai di Satsuma, terdengar ke pemerintah pusat. Pemerintah yang penasaran akan kegiatan yang dilakukan oleh Takamori dan kaumnya, datang ke Kagoshima dengan menggunakan kapal tempur. Para Samurai di Kagoshima mengira bahwa pemerintah datang untuk menggempur mereka karena telah melanggar keputusan tentang pelarangan kegiatan yang berhubungan dengan Samurai.
Saat kapal pemerintah berlabuh di Kagoshima, para Samurai mempreteli seluruh badan kapal tempur milik pemerintah. Pemerintah yang marah karena merasa diserang, merencanakan penyerangan balik terhadap kaum Samurai di Kagoshima. Perang ini disebut sebagai Pemberontakan Satsuma. Pada bulan januari hingga september tahun 1877, terjadilah Pemberontakan Satsuma.
Pada tanggal 24 september 1877, Pemberontakan Satsuma berakhir dengan kemenangan di pihak pemerintah. Karena telah kalah, Takamori memutuskan untuk melakukan seppuku.

10 tahun kemudian, kekaisaran Jepang secara resmi meminta maaf kepada seluruh Samurai yang terlibat dalam Pemberontakan Satsuma dan memberikan gelar The Last Samurai kepada Saigo Takamori sebagai gelar kemuliaan atas jasa-jasa dan keberaniannya.

16.2.13

Hari ini aku memimpikan seorang teman yang saya panggil 'grandpa'. Agak lupa gimana detilnya, tapi, perasaan menyenangkannya gak terlupakan, sangat terasa. Nyata.
Aku sedang di sebuah pertunjukan seni favoritku. Lalu, grandpa datang duduk di sampingku. Saat itu aku sudah bahagia sekali, walaupun selama pertunjukkan kami asyik menikmati apa yg ada di depan kami, tanpa berbicara satu sama lain.
Setelah pertunjukan usai, granpa mengeluarkan gulungan kertas dari ranselnya. Katanya, ada tugas yang harus dia selesaikan hari itu juga. Aku ingin membantunya, tapi aku tidak paham dengan bidang yg digelutinya. Akhirnya aku hanya menjadi pengamat.
Lalu, kami berjalan-jalan menuju sebuah toko yang menjual berbagai tanaman yang digunakan sebagai jamu dan spa.
Selama perjalanan, grandpa memegang tanganku. Dengan malu-malu. Aku juga, tersipu malu. Tapi, bahagia.
Selama di toko, kami terus mengobrol tentang tanaman2 yg dijual di toko. Grandpa menjelaskan banyak hal, yang membuatku terpesona —sama seperti saat pertama kali bertemu dengannya— dan membuat ku deg-degan lagi.
Sepulang dr toko tanpa membeli apa pun, kami berjalan dengan penuh bahagia. Entah apa yg membuat kami bahagia. Yang jelas, dengan hanya bersamanya, aku bahagia.
Sekali lagi, kami berpegangan tangan. Dengan rasa malu-malu.
Saat aku terbangun, deg-degan yang kurasa saat aku berada dlm mimpi, masih terbawa.
Apakah aku merindukannya? Atau dia yang merindukan ku? Ahh, tidak mungkin dia yg merindukanku ya…

11.2.13


Senin, 11-02-13, sekitar pukul 14:00 wib. Gingsul ku dicabut paksa dr tempatnya. Pertama kalinya liat gigiku berlumur darah, mengerikan! menurut org yg mencabutnya, gigiku ini panjang sekali. Hohoho. Gigi ini akan ku jaga sebaik-baiknya dari jangkauan peri gigi.

1.2.13

Baru saja selesai menikmati nikmatnya makan pagi (sekaligus makan siang). Setelah selesai makan, seperti biasa aku duduk-duduk dulu untuk membuat perutku nyaman. Tidak enak rasanya setelah makan kemudian langsung berdiri. Makanan yang ditelan juga butuh waktu untuk mengalir hingga ke organ pencernaan.
Sembari duduk-duduk, aku memperhatikan ada kegiatan tak lazim di depanku. Seekor semut berwarna hitam sedang mondar mandir mengitari sebuah titik kecil hitam di meja makan. Ku pikir tadinya itu makanan yang menempel. Karena si semut berusaha menariknya. Si semut hitam terlihat panik dan bingung (entah kenapa aku bisa berpikir seperti ini). Setelah aku perhatikan dengan seksama, titik kecil hitam itu bukanlah makanan. Namun, bagian tubuh seekor semut yang telah tewas. Semut hitam yang sedang panik itu ternyata berusaha mengangkat tubuh temannya. Dia mencoba dari berbagai sisi, tapi sedikitpun tak bergeming. Mendadak aku merasa bersalah. Mungkin aku yang membunuhnya secara tidak sengaja saat menggeser mangkuk-mangkuk lauk.
Aku terus mengamati si semut hitam itu, kemudian, aku sempat melihat sepotong badan itu bergeming. Wahh! Semut kecil hitam itu berhasil mencabut badan temannya yang menempel di permukaan meja! Aku tidak tau berapa lama semut itu berusaha, karena sebelum aku selesai makan, aku tidak memperhatikannya. Tp, dari sejak aku memperhatikan hingga semut itu berhasil, kira-kira ada 3 menit. Setelah berhasil mencabut dan kemudian mengangkat sepotong badan temannya, semut kecil hitam itu ngacir entah kemana.
Dari kegigihan semut kecil ini menolong temannya, aku berpikir bahwa hewan pun sebenernya punya nurani, punya rasa kesetiakawanan. Makhluk (yang katanya) tak berakal ini bisa punya kelakuan yang tampak manusiawi, bagaimana dengan manusia? Seharusnya manusia bisa lebih bermoral daripada seekor semut.
Teringat kata-kata seorang kawan: “sekarang ini, hewan pada malah sering bertindak secara manusiawi, dan sebaliknya, manusia malah lebih memilih bertindak sesuai naluri kebinatangannya”.
Absolutely, I’m agree with his statement!
beidewei aniwei, tindakan semut hitam kecil itu tak sempat ku abadikan melalui sebuah gambar. Karena pada saat itu, hapeku berada di kamarku yang letaknya di lantai dua. Aku tidak mengambil hapeku karena takut akan kehilangan moment berharga ini.

13.1.13



Burung ini nyasar masuk ke kamar adek. Bisa-bisanya yahh… padahal kamar adek di bagian belakang. Untung aja gak ada si Mus. Saat saya tangkap tadi, terbangnya gak stabil, dan ada serangga terbang kecil2 mirip lalat yang keluar dari tubuhnya. Jangan-jangan burung ini terjangkit virus yang sengaja di kirim *lebay. 

Burung apakah ini? Tekukur kah?